Diduga Gelapkan Triliunan Dana Anggota, Nasib Korban CSI Makin Terpuruk
CIREBON // mitramabesnews.com — Kisah pilu ribuan anggota PT. CSI (Cakrabuana Sukses Indonesia) kembali mencuat seiring berjalannya waktu. Sembilan tahun setelah kasus dugaan penipuan investasi bodong ini mencuat pada tahun 2016, para anggota merasa semakin terombang-ambing dan kehilangan harapan atas pengembalian dana mereka yang ditaksir mencapai triliunan rupiah.
Yahya, yang menjabat sebagai pimpinan atau CEO PT. CSI, sebelumnya gencar mempromosikan perusahaannya dengan jargon “Aman, Prospektif, dan Menguntungkan”. Namun, kenyataan pahit menimpa para anggota ketika pemerintah menyatakan CSI sebagai investasi “BODONG”.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Kekecewaan dan kemarahan para anggota memuncak lantaran berbagai janji yang dilontarkan Yahya, baik secara tertulis maupun lisan, tak kunjung terealisasi. Janji pengembalian dana yang diucapkan sejak penahanannya hingga setelah bebas dari penjara, dinilai hanyalah “bualan omong kosong belaka”.
Para anggota kini meyakini bahwa bisnis CSI yang dijalankan Yahya hanyalah sebuah rekayasa untuk memperkaya diri sendiri, keluarga, dan lingkaran dekatnya. Ketidakjelasan dan ketidaktransparanan dalam pengelolaan dana anggota yang mencapai triliunan rupiah menjadi sorotan utama. Istilah “AMAN” dan “dana anggota CSI ada di GENTONG” yang pernah diucapkan Yahya, hingga kini belum terbukti kebenarannya dan dianggap hanya sebagai upaya untuk menenangkan anggota.
“Sampai sekarang, sudah sembilan tahun kami menunggu kejelasan dana kami. Janji demi janji terus diucapkan, tapi tidak ada realisasinya,” ujar salah seorang anggota CSI yang enggan disebutkan namanya, pada (05/04/2025).
Penderitaan para anggota CSI semakin memprihatinkan. Banyak di antara mereka yang mengalami stres, jatuh sakit, bahkan kehilangan harta benda akibat terjerat dalam investasi bodong ini. Rumah-rumah disita karena hutang, kesehatan fisik dan mental terganggu, dan tak sedikit pula yang meninggal dunia dalam penantian yang tak pasti.
Ketidaktransparanan Yahya dalam pengelolaan keuangan dan keberadaan dana CSI juga disoroti oleh para direksi perusahaan. Mereka merasa hanya dijadikan pelengkap data pengurus perusahaan, dengan istilah “MONYET DIKASIH MAHKOTA”.
Ironisnya, di tengah ketidakjelasan nasib dana anggota, muncul program baru yang diduga merupakan skema serupa bernama CTC (Cakra Treder Comoniti) JILID 2. Program ini pun kembali mengecewakan para anggota yang merasa kembali tertipu.
Kondisi ini semakin memperburuk keadaan para korban CSI yang sudah bertahun-tahun hidup dalam ketidakpastian. Mereka berharap adanya tindakan tegas dari pihak berwenang untuk mengusut tuntas keberadaan dana anggota dan memberikan keadilan bagi para korban (KB-CSI).
(Red)